Pages

Jumat, 30 November 2012

ngopeni jenazah



KATA PENGANTAR

Merawat jenazah adalah sesuatu yang pada akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian ditengah-tengah masyarakat karena pada umumnya mereka mencukupkan dengan pemuka setempat (mudin) padahal pada umumnya para mudin mendapatkan ilmu tentang tatacara merawat jenazah dari para pendahulunya. Oleh karena itu disini kami menjelaskan dari bagaimana merawat orang sakit, merawat orang setelah meninggal sampai dengan mengubur. Mudah-mudahan dengan buku ini dapat mempermudah bagi orang-orang yang mempelajarinya dan dapat bermanfaat dan barokah amin



                                                        PENULIS







CARA SHALAT ORANG YANG SAKIT

Shalat adalah kewajiban bagi setiap umat maslim tanpa terkecuali dan dalam keadaan apapun. Baik dalam keadaan lapang maupun sempit, sehat maupun sakit, yang sehingganya ketika seorang muslim tidak mampu shalat dengan berdiri maka dengan duduk, apabila tidak mampu dengan duduk maka dengan tidur miring, apabila tidak mampu berbaring maka dengan tidur terlentang dan apabila tidak mampu dengan tidur terlentang maka dengan isyarah, dengan kata lain tidak ada alasan apapun bagi muslim untuk meninggalkan shalat selagi nyawa belum sampai ketenggoroan.
Yang dimaksud tidak mampu adalah musholli ( orang yang shalat) merasa kesulitan ( musyaqoh) yang sampai menghilangkan khusu’/konsentrasi dalam mengerjakan rukun-rukun shalat.

a.    Cara Shalat Dengan Duduk
Musholli yang shalat dengan duduk boleh melakukannya dengan berbagai macam posisi duduk, tetapi yang paling utama adalah duduk iftiryos ( duduk di antara dua sujud), untuk ruku’ dilakukan dengan membungkukkan kepala sekiranya kening sejajar dengan tempat didepan kedua lututnya, dan yang paling utama sekiranya kening sejajar dengan tempat sujud. Dan sujud agak lebih di bungkukkan lagi[1].
  Duduk iftiryos                  Ruku’                               Sujud                                           
                             




b.   Cara Shalat Dengan tidur miring
       Kesunahan shalat dengan tidur miring adalah dengan memiringkan badan kelambung sebelah kanan, kepala disebelah utara, wajah dan tubuh bagian depan harus menghadap qiblat. Sedangkan ruku’ dan sujudnya dilakukan sebagaimana mestinya. Apabila tidak mampu maka dilakukan dengan isyaroh kepala dengan cara mengarahkan kening kearah bumi, hanya saja isyarah sujud lebih kebawah dari pada isyarah ruku’[2]
Pengganti berdiri            pengganti ruku’             pengganti sujud  



c.    Cara shalat dengan tidur terlentang
Musholli yang shalat dengan tidur terlentang maka kepalanya harus di ganjal sejenis bantal, kedua telapak kaki ditegakkan agar supaya bisa menghadap qiblat. Sedangkan ruku’ dan sujudnya harus dilakukan sebagaimana mestinya. Apabila tidak mampu maka dilakukan dengan isyarah kepala untuk sujud lebih kebawah daripada ruku’. Kemudian apabila tidak mampu lagi mengerjakan rukun-rukun shalat kecuali dengan isyaroh mata, maka rukun-rukun shalat dilakukan dengan isyarah mata. Apabila tidak bisa namun akalnya masih normal maka diwajibkan shalat dengan mengerjakan rukun-rukunya shalat didalam hati.
          pengganti berdiri                                 pengganti ruku’& sujud





SAKIT PINTU KEMATIAN

     Ketika kita sakit harus menyadari bahwa sakit adalah awal dari kematian, dalam kondisi demikian hendaknya kita membebaskan diri dari segala bentuk tanggungan dengak hak adami seperti hutang dan lain-lain, danjuaga segera meminta maaf kepada Allah dan sesama.
     Pada saat demikian, hendaknya dia memperbanyak dzikir dan sabar agar supaya dia berburuk sangka pada allah. Disamping usaha menyembuhkan penyakit dengan obat. Pada saat manusia sakit maka hendaknya dia banyak berharap akan rahmad dan ampunan Allah. Sebab ketika Allah memberikan cobaan musibah pada seorang mukmin, maka sebenarnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Makruh hukumnya mengharap mati, dikarenakan tidak kuasa menanggung musibah yang menimpanya, kalau memang terpaksa maka hendaknya dia berdo’a sebagai berikut.[3]
اللهم احينى ما كانت الحياة خيرا لى وتوفنى اذا كانت الوفاة خيرا لى
Ya Allah sehatkanlah aku jika sehat lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika mati lebih baik bagiku

MEMBESUK ORANG SAKIT

Setiap muslim disunahkan membesuk orang sakit, walaupun berlainan agama kalau memang diharapkan masuk Islamnya tentangga atau kerabat dekat. Apabila tidak ada sebab-sebab diatas, maka hukumnya jawaz ( tidak haram dan tidak sunah)[4]
            Ketika membesuk orang sakit maka hendaknya ia menenangkan dan menghibur dengan memberikan beberapa harapan dan menyebutkan keutamaan-keutamaanya orang yang sakit. Disamping itu disunahkan untuk mendoakan dengan do’a sebagai berikut:                   7xأسأل الله العظيم رب العرش العظيم أن يشفيك.   Dalam sebuah hadits dijelaskan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من عاد مريضا لم يحضر اجله فقال عنده سبع مرات أسأل الله العظيم رب العرش العظيم أن يشفيك الا عافاه الله من ذالك المرض
Rosulullah bersabda barang siapa yang membesuk orang sakit yang belum datang ajalnya, kemudian berdoa disisinya tujuh kali “ Saya memohon pada Alloh yang maha agung yang menjadi tuhannya arsy, mudah-mudahan Alloh memberikan kesembuhan padamu” maka Alloh akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut.

SAKARATUL MAUT / MENJELANG AJAL

Apabial pada orang yang sakit Nampak ajal akan tiba, maka bagi oarng yang ada disisinya disunahkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Menghadapkan kearah kiblat, dengan cara membaringkan pada lambung sebelah kanan, kepala disebelah utara. Apabila tidak mungkin maka membaringkan pada lambung sebelah kiri, dan kepala sebelah selatan. Dan bila ini juga tidak mungkin maka diterlentangkan wajah dan kaki dihadapkan kearah qiblat dengan mengganjal semacam bantal pada kepala.
2.      Menuntun (menalkin) untuk membacaلا اله الا الله  
Nabi bersabda:
من كان اخر كلامه لا اله الا الله دخل الجنة ( روه الحكم)
Dalam menalqin, hendaknya orang yang sakit langsung dituntun mengucapkan kalimat diatas. Dan orang yang menalqin bukan ahli waris, namun apabila yang ada hanya ahli waris maka hendaknya yang menalqin adalah ahli waris yang paling saying padanya. Dan apabila orang yang sakit sudah mengucapkan kalimat diatas maka tidak disunahkan untuk menalqin lagi selama
 dia tidak mengucapkan kata-kata lain, walaupun berbentuk dzikir.
3.      Membaca surat yasin dengan keras, dan juga disunahkan membaca surat Ar-Ro’du dengan lirih, untuk mempermudah keluarnya ruh, disamping itu ad sebuah hadits yang menerangkan bahwa dia akan mati, masuk dan bangkit dari kubur dalam
keadaan segar[5]
4.      Member minum, terutama apabila ada tanda ia meminta minum, bahkan menurut sebagian ulama’ hukumnya wajib sebab dalam kondisi seperti ini bias saja dimanfaatkan oleh syetan yang datang dengan membawa air untuk ditukar dengan imanya. Konon syetan berkata “ katakanala bahwa tiada tuhan selain aku, maka aku akan member minum padamu”

SETELAH RUH DICABUT

Apabiala seseorang betul-betul meninggal dengan tanda-tanda kematian, seperti hidung lemas, telapak tangan dan kakinya mengendor,maka yang sunah dilakukan adalah:
1.     Memejamkan kedua matanya dengan mengusap wajahnya sambil membaca:         بسم الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم
Dan apabila sulit, maka tariklah kedua lengan dan kedua ibujari kakinya secara bersamaan, insyaallah kedua matanya akan terpejam dengan sendirinya[6]
2.      Mengikat dagunya dengan kain yang agal lebar keatas kepala,agar mulutnya tidak terbuka.
3.      Melemaskan seluruh sendi-sendi tulangnya, walaupun harus dengan memakai minyak[7] dengan cara melekukkan tangan pada lengan, betis pada paha, paha pada perut, begitu juga pada jari-jari tangan dan kaki, agar supaya mudah memandikan
4.      Melepaskan semua pakaian yang menempel pada tubuhnya, baik suci atau najis. Kemudian tubuhnya ditutupi dengan kain yang tipis yang ujungnya diletakkan dibawah kepala dan kedua kaki, kecualai apabila mayit itu orang yang sedang ikhrom, maka kalau laki-laki pelanya harus dibiarkan terbuka dan kalau wanita wajahnya tidak boleh di tutup.
5.      Meletakkan suatu benda diatas perut mayit, dengan dibujurkan dan diikat, yang beratnya kira-kira 54,300 gram.
6.      Diletakkan pada tempat yang agak tinggi agar tubuhnya tidak segera membusuk.
7.      Segera membayar hutang dan melakukan wasiatnya kalau memang situasinya  memungkinkan.
8.      Membakar atu menaburkan wewangian disekitar mayit untuk menghindari bau yang tidak sedap.[8]
Hal-hal diatas hendaknya dilakukan oleh kerabat ( mahrom) yang paling sayang pada mayit. Suami istri setatusnya sama dengan mahrom

TATACARA MERAWAT MAYIT

3.      Mensholati
4.      Mengubur

 
Merawat mayit meliputi
1.      Memandikan
2.      Mengkafani
Hukumnya adalah fardu kifayah, artinaya apabila ada seseorang telah melakukan yang sudah dianggap cukup pada ha-hal diatas, maka kewajiban merawat mayit menjadi gugur untuk yang lain. Dan apabila
 tidak ada satupun yang merawat maka semua akan berdosa.
            Sedangkan macam-macam mayit yang dirawat sebagai berikut:
1.      Mayit syahid
Untuk merawat mayit syahid (syahid dunia akhirat mati ketika perang) hanya dengan mengkafani pakaian yang ia pakai dan mengubur, tidak perlu di mandikan dan disholati (hukumnya haram) dan apabila pakaiannya tidak cukup untuk membungkus maka ditambah kain lain. Sedangkan syahid akhirat seperti orang melahirkan, sakit perut, sedang menuntut ilmu, maka untuk perawatanya dilakukan secara sempurna (dimandikan, dikafani, disholati dan dikubur).

2.      Mayit siqthu ( bayi prematur/keguguran)
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia 6 bulan
sedangkan perawatan bayi primatur adalah jika belum berbentuk
manusia maka sunnah dibungkus dan dipendam. Apabila sudah berbentuk manusia tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti menangis atau bergerak maka perawatannya cukup memandiakan,mengkafani dan mengubur tanpa mensholati, dan apabila ada tanda-tanda kehidupan maka perawatnnya seperti orang dewasa dan apabila masih gumpalan darah atau daging maka sunnah di pendam saja.
     Sedangkan bayi yang sudah usia 6 bulan, maka menurut pendapat yang kuat harus di rawat sebagaimana orang dewasa walaupun tidak ada tanda-tanda kehidupan, namun menurut Imam Ibnu Hajar perawatannya sebagaimana bayi prematur[9]
3.      Mayit muslim biasa
Muslim yang tidak mati syahid, maka harus dirawat secara sempurna.
4.      Mayit kafir
Mayit kafir selain kafir harbi (memusuhi Islam), kafir zindiq
 (pura-pura  masuk Islam) dan orang murtad (keluar dari Islam) maka kewajiban perawatannya hanya dua yaitu mengkafani dan mengubur, sedangkan memandikan hukumnya jawaz (boleh) tapi untuk mensholati hukumnya haram. Sedangkan kafir harbi,zindiq dan murtad tidak ada kewajiban sama sekali, tapi boleh di mandikan, dikafani dan dikubur.

A.  MEMANDIKAN
Batas minimal memandikan mayit adalah menghilangkan najis dan membasuh dengan air yang suci dan mensucikan pada seluruh tubuhnya, termasuk sesuatu yang nampak dari kemaluan seorang janda ketika duduk jongkok dan bagian kulubnya seseorang yang belum khitan. Apabila bagian kulubnya tiddak bisa dibuka dan diyakini suci, maka menurut Imam Ibnu hajar ditayamumi kemudian dikafani disholati dan dikubur. Dalam kasus diatas disarankan mengikuti pendapat Imam Ibnu Hajar, sebab mengubur mayit tanpa disholati rasanya kurang hormat[10]
       Cara menayamumi mayit
1.     Memukulkan kedua telapak tangan pada debu dengan disertai niat نويت التيمم عن تحت قلفة الميت          :  
Niat tersebut harus tetap ada dalam hati samapai tangan orang yang menayamumi mengusap sebagian wajah mayit.
2.      Memukulkan kedua telapak tangan pada debu untuk mengusap kedua tangan mayit. Tangan kiri untuk mengusap tangan kanan mayit dan tangan kanan untuk mengusap tangan kiri mayit
3.       Debu harus merata pada wajah dan kedua tangan mayit
4.      Lebih baik menayamumi terlebih dahulu baru kemudian dimandikan.
Sedangkan cara memandikan mayit yang sempurna adalah sebagai berikut :
1.      Berada ditempat sepi dan tertutup, tidak ada yang boleh masuk kecuali yang memandikan dan yang membantunya. Menurut imam Rouyani wali mayit boleh masuk walaupun tidak ikut apa-apa
2.      Membakar dupa atau wewangian untuk menghilangkan bau yang tidak sedap.
3.      Mayit diletakkan yang agak tinggi dengan diterlentangkan atau mayit dipangku tiga atau empat orang, kira-kiramayit tidak terkena percikan air, dan haram hukumnya mentengkulebkan mayit.
4.      Lebih baik menggunakan selang agar air tidak terputus-putus, sehingga bila ada kotoran yang keluar langsung terbasuh.
5.      Mayit ditutupi dengan kain yang tipis.
6.      Menggunakan air yang dingin dan air asin asli (tidak dicampur garam) kecuali suhu disitu sangat dingin.
7.      Makruh hukumnya melihat anggota mayit selain auratnya kecuali ada hajat seperti untuk mengetahui meratanya air pada tubuh mayit. Sedangkan melihat aurat mayit hukumnya haram kecuali darurat atau suami istri.
8.      Sunah memakai alas tangan, namun ketika menyentuh auratnya harus memakai alas tangan.
9.      Sunah menutup wajah mayit dengan kain, kecuali sedang ikhrom.
10.  Kemaluan dan dubur mayit dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut kain yang telah dibasahi air, kemudian mengambil kain yang lain yang dibasahi dengan air untuk membersihkan giginya dengan cara memasukkan jari telunjuk kiri kedalaman mulut mayit.
11.  Tangan kiri orang yang memandiakan memijat perut mayit secara berulan-ulang, agar kotorang yang ada diperut dapat keluar. Dan apabila ada kotoran keluar, maka segera disiram dengan air yang banyak agar tidak berbau.
12.  Mayit sunah diwudhui sebelum dimandikan sebagaimana orang hidup dan orang mewhui harus niat sebagai berikut :
نويت الوضوء المسنون لهذا الميت / لهذه الميتة
13.  Kepala dan jenggot mayit dibasuh dengan air yang dicampur dengan daun bidara ( widoro-jawa) atau sampo sekiranya tidak merubah kemutlakan air, kemudian rambut dan jenggot mayit sunnah di sisir debgan berlahan-lahan agar tidak rontok.
14.  Apabila ada rambut yang rontok maka harus dikebumikan, namun sunahnya dimasukkan kain kafan dan dikubur
bersamaan dengan mayit
15.  Kemudian mengguyurkan air yang telah dicampur daun bidara/sabun, mulai leher sampai telapak kaki yang sebelah kanan menyusul kemudian bagian depan sebelah kiri, lalu mayit agak dimiringkan posisinya dengan menghadap pada orang yang memandikan (lambung kiri dibawah) jangan sampai terlungkap.
16.  Kemudian mengguyur air pada bagian belakang mayit sebelah kanan, mulai tungkuk ( gitok-jawa) sampai telapak kaki, disusul kemudian bagian sebelah kiri.
17.  Kemudian mengguyur air yang jernih (tidak dicampur daun bidara/sabun) untuk membilas basuhan yang pertama dimulai dari kepala sampai telapak kaki dengan cara seperti basuhan yang pertama[11]
18.                        Kemudian mengguyur seluruh tubuh mayit dengan memakai air yang dicampur sedikit kapur barus kira-kira tidak merubah kemutlakan air. Pada saat basuhan ini disunnahkan niat sebagai berikut :  لهذه الميتة            / نويت الغسل لهذا الميت
Untuk menghendaki yang lebih sempurna, maka mayit bisa
 dimandikan lima, tujuh, atau sembilan kali selain kepala, sedangkan kepala tidak sunnah diulang-ulang.
Untuk yang lima basuhan, bisa sebagai berikut :
1.     
4.      Air pembilas
5.      Air jernih yang sedikit dicampur kapur barus

 
Air yang dicampur sabun
 atau daun bidara
2.      Air pembilas
3.      Air yang dicampur sedikit
 kapur atau daun bidara
5.      Air pembilas lagi
6.      Air pembilas lagi
7.      Air bersih yang dicampur sedikit kapur barus

 
Sedang untuk yang tujuh basuhan adalah :
1.      Air sabun/ bidara
2.      Air pembilas
3.      Air sabun
4.      Air pembilas

6.      Air yang dicampur sedikit kapur barus
7.      Air sabun
8.      Air pembilas
9.      Air yang dicampur sedikit kapur barus

 
Sedang untuk yang sembilan basuhan adalah:
1.      Air sabun
2.      Air pembilas
3.      Air yang dicampur
sedikit kapur barus
4.      Air sabun
5.      Air pembilas

Keterangan:
1.      Dalam memandiakan mayit mayit laki-laki dimandikan orang laki-laki begitu sebaliknya. Tidak boleh mayit perempuan dimandikan oleh orang laki-laki kecuali ada hubungan mahrom atau istrinya yang belum ditalak semasa hidupnya[12]
2.      Tidak wajib memandikan lagi, ketika keluar sesuatu dari qubul atau dubur mayit walaupun yang mewajibkan mandi besar.
 apabila keluar najis maka wajib membasuh najisnya saja.
3.      Mayit lawan jenis yang tidak mempunyai mahrom tidak boleh dimandikan akan tetapi wajib ditayamumi. Namun menurut Imam haromain tetap dimandikan dengan cara seluruh tubuhnya ditutupi dengan kain, tangan orang yang memandikan memakai alas, dan harus memejamkan matanya[13]

B.  MENGKAFANI
Kain kafan minimal satu lapis yang bisa  menutup seluruh tubuh atau tiga lapis bagi mayit yang tidak mempunyai hutang, atau mempunyai hutang namun sisa hartanya cukup untuk membeli taga lapis kain, atau tidak cukup namun orang yang menghutangi menyetujui, kecuali kalau dia wasiat hanya dengan satu lapis[14]
       Tiga lapis tersebut disunnahkan berwarna putih dan tidak baru. Apabila ditambah, maka bagi mayit laki-laki boleh ditambah menjadi lima lapis, namun sebenarnya mayit laki-laki wajib dikafani tiga lapis dan sunah tidak ditambah.[15]
       Lima lapis untuk laki-laki tersebut terhitung dari paling bawah/paling luar adalah:
1.      Kain persegi panjang yang bisa menutupi seluruh tubuh
2.      Kain persegi panjang yang bisa menutupi seluruh tubuh
3.      Kain persegi panjang yang bisa menutupi seluruh tubuh
4.      Qomis (baju kurung yang bisa menutupi dari leher sampai kaki)
5.      Paling atas Imamah ( sorban dengan bentuk segi tiga) di serbankan pada leher mayit.      
        Persegi panjang            baju kurung                imamah         celana dalam                                              





















 



                                                                         dibelah
Dan untuk perempuan sunnah ditambah lima lapis dengan urutan  yang paling bawah/paling luar adalah:
1.      Kain persegi panjang yang bisa menutupi seluruh tubuh
2.      Kain persegi panjang yang bisa menutupi seluruh tubuh
3.      Kerudung (kain persegi tiga untuk kepala)
4.      Qomis
5.      Izar (kain yang bisa menutupi pusar sampai lutut)[16]
   Persegi panjang          kerudung            Qomis             Izar        celana dalam




















 





Apabila lebih lima lapis hukumnya makruh, dan lima lapis diatas diperbolehkan dngan syarat mendapatkan izin dari ahliwaris yang ahli tabarru’ (tidak ada yang mencegah dalam mentasarufkan hartanya, seperti anak kecil dan orang gila)
Dan baik mayit laki-laki dan perempuan sunnah ditambah kain yang dibentuk mirip sempak (celana dalam) dibagian pantat dan diletakkan paling dalam.
Keterangan
Orang yang meninggal saat ikhrom, maka dibiarkan terbuka bagian kepalanya bila laki-laki, dan bagian wajahnya bila perempuan.
1.      Sebelum mayit ditutup dengan kain kafan dan kapas, sunnah menulis kalimat  لااله الا الله didahi dengan tulisan yang tidak terbaca seperti dengan minyak.
2.      Sebelum meletakkan mayit pada kain kafan, letakkanlah ikat terlebih dahulu dibawah kain kafan. Dan bagi mayit perempuan letakkanlah ikat pada bagian dadanya atau kain yang menutup bagian payudaranya dan diletakkan pada kafan bagian luar agar supaya payudaranya tidak bergerak-gerak ketika dibawa ke pemakaman[17] dan didalam kubur ikat tersebut dilepas[18]
3.      Setiap lapis sunnah ditaburri kerikan kayu cendana/kapu barus
4.      Kemudian mayit diletakkan kain kafan yang telah disiapkan. Tubuhnya ditaburi dengan kerikan kayu cendan atau kapu barus, kemudian tangannya disendakepkan diatas dada (tangan kanan memegang Tangan kiri) atau dibiarkan disamping lambungnya .
5.      Member kapas yang telah ditaburi kerikan kayu cendana/kapur barus pada:
1.     
7.      Qulub/kemaluan (jangan sampai dimasukkan)
8.      Dubur (anus)
9.      Kedua lutut
10.  Semua luka-luka mayit

 
Kedua telinga
2.      Dahi
3.      Kedua mata
4.      Hidung
5.      Mulut
6.      Kedua telapak tangan
6.     
4.      kiri kekanan
5.      kiri kekanan
6.      kanan ke kiri.

 
Untuk laki-laki/perempuan yang menggunakan tiga lapis adalah Kain kafan dilipat dari arah bagian
1.      kiri ke kanan,
2.      kanan kekiri,
3.      kanan ke kiri,
3.      kiri kekanan
4.      kanan ke kiri

 
Sedangkan perempuan yang memakai dua lapis adalah dari arah:
1.      kanan ke kiri,
2.      kiri kekanan,
7.      lebihan kain pada kepala disunahkan lebih banyak dari pada bagian kaki.
8.      Semua ikat sunnah dilepaskan ketika mayit diletakkan dalm kubur
9.      Haram menulis ayat Al-Quran atau nama-nama yang diagungkan, seperti lafad Allah, asmaul Khusna pada kain kafan kecuali bila ditulis dengan minyak atau air yang kira-kira tulisanya bisa hilang sebelum mayit membusuk.
10.  Sennah membuka kain bagian pipi sebelah kanan kemudian ditempelkan pada tanah.

C.  MENSHOLATI JENAZAH

Syarat orang yang mensholati mayit harus suci dari najis, hadats menutup aurot dan syarat-syarat lain sebagaimana shalat biasa. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mayit dishalati antara lain:
1.      Mayit harus sudah dimandikan, dan suci dari najis baik di tubuh maupun dikafannya. Apabila mayit tidakkan mungkin dimandikan seperti jatuh kejurang maka tidak boleh dishalati. Namun menurut Imam asnawi tetap dishalati karena tujuan dishalati hanya untuk mendoakan mayit. Dan apabila ada najis yang keluar sebelum dishalati maka harus dibersihkan terlebih dahulu kecuali apabila terus menerus keluar, maka dimaafkan dengan syarat luka tempat keluarnya najis tersebut disumbat dan setelah itu harus segera dishalati, apabiala tidak segera dishalati, maka shalat jenazahnya harus diulang, kecuali disebabkan menunggu banyaknya orang yang menshalati (shalat ditunda karena ada kemaslahatan yang terkait dengan shalat)[19]
2.      Apabila najisnya keluar setelah dishalati maka sunnah untuk dibersihkan menurut Imam Romli
3.      Mayit harus ada didepan orang yang menshalati walaupun menshalati dikuburan
4.      Makruh menshalati mayit sebelum dikafani.
5.      Apabila mayit laki-laki maka sunnah membujurkan kearah selatan ( kepala mayit berada di sebelah kiri imam) dan imam berada lurus dengan pundak mayit. Dan apabila mayit perempuan kepala kearah utara ( kepala mayit berada disebelah kanan imam) dan imam berada lurus dengan pinggul mayit.
6.      Disunnahkan menshalati mayit dimasjid, dan apabila jamaah sunnah memperbanyak barisan missal makmum 6 orang maka membuat tiga barisan.
7.      Antara mayit dan orang yang menshalati tidak ada penghalang sedangkan keranda tidak dianggap penghalang selalama tidak dipaku kecuali apabila mayit dishalati dalam masjid, maka secara mutlak keranda tidak dianggap sebagai penghalang baik dipaku atau tidak.[20]



Rukun-Rukun Shalat Jenazah
Niat
a.  Mayit laki-laki dewasa
اصلى على هذا الميت فرض كفاية لله تعالى
b. Mayit perempuan
اصلى على هذاه الميتة فرض كفاية لله تعالى
c.  Mayit anak laki-laki ( belum balig)
اصلى على هذا الطفل فرض كفاية لله تعالى
d. Mayit anak perempuan
اصلى على هذاه الطفلة فرض كفاية لله تعالى
e.  Mayit banyak
اصلى على من حضر من الموتى فرض كفاية لله تعالى
f.  Mayit campur muslim dan non muslim
اصلى على من تصح الصلاة عليه من اموات المسلمين فرض كفاية لله تعالى
Untuk ma’mum boleh menggunaka niat :
اصلى على من صلى عليه الامام مأموما لله تعالى
Rukun shalat jenazah
1.      Berdiri (bagi yang mampu)
2.      Takbir empat kali (termasuk takbirotul ikhrom)
3.      Membaca fatikhah (setelah takbirotul ikhrom)
4.     Membaca shalawat (setelah takbir kedua) minimal shalawat  اللهم صلى على محمد
5.     Mendoakan mayit (setelah takbir ketiga) doa yang dibaca untuk laki-laki  اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنهuntuk perempuan ُه  diganti ها mayit dua هما dan mayit banyak هم
6.     Salam (setelah takbir keempat). Sebelum salam disunnahkan berdo’a                 اللهم لا تحرمنا أجره ولا تفتنا بعده واغفرلنا وله وللمسلين


D.  MENGUBUR MAYIT

       Setelah selesai dishalati mayit sunnah segera dibawa kepemakaman dengan posisi kepala didepan, dipikul oleh orang laki-laki, makruh hukumnya seorang perempuan memikul, sedangkan pengantar jenazah lebih utama berada didepan jenazah dengan jarak sekiranya menoleh kebelakang bisa  melihat jenazah.
       Bagi pengantar hendaknya tafakur (berfiki) akan kematian dan apa yang terjadi setelah mati, namun bila berbicara masalah duniawi, maka lebih baik berzikir, dan pada umumnya dzikir yang dibaca adalah  لااله الا الله
       Ketika mayit sudah sampai kepemakaman, sunnah meletakkan keranda disebelah selatan.
Dalam menggalai liang kubur ada dua macam:
1.      Liang lahat ( menggali dinding lubang bagian barat sekira cukup untuk mayit)            
liang lahattimur (kulon)mayit


 
                                     Barat ( wetan)
2.      Liang cempuri (menggali bagian tengah kira-kira cukup untuk mayit                  timur (kulon)
                mayit                                                                                                   cempuri
                         
                                                                  barat (wetan)
       Apabila tanahnya keras maka lebih utama liang lahat, dan jika tanah gembur maka sunnah liang cempuri. Setelah mayit diletakkan didasar liang, posisi mayit dimiringkan ke kanan dengan menghadap qiblat. Semua ikat mayit dilepas kecuali ikat pada pantat (mirip sempak), pipi sebelah kanan dibuka kemudian ditempelkan pada tanah. Kemudian kepala, punggung, dan kakinya diganjal bantalan dari tanah (gelu) kemudian ditutup dengan papan agar mayit tidak langsung tertimbun tanah.
Hal-hal yang berkaitan dengan pemakaman:
1.      Ketika menurunkan mayit kedalam liang kubur, sunnah membaca    بسم الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم
2.      Sunnah mengambil tanah kuburan yang kemudian dibacakan surat     7x  انا أنزلناه  kemudia tanahnya dimasukkan keliang kubur. Faidahnya agar mayit tidak disiksa dalam kubur[21]
3.      Bagi orang yang ada dipinggir kubur, disunnahkan mengambil tanahdari arah kepala mayit sebanyak tiga kali dengan kedua tangannya, pengambilan pertama membaca
منها خلقنا كم اللهم لقنه عند المسألة حجته
Kerukan kedua membaca:
وفيها نعيد كم اللهم افتح ابوب السماء لروحه
Kerukan ketiga membaca:
ومنها نخرجكم تارة أخرى اللهم جاف الارض عن جنبه
4.      Setelah mayit dimasukkan liang kubur, sebelum ditimbun sebagian ulama’ berpendat, sunah diadzani dan diiqomati. Hal itu karena dikiaskan (disamakan) saat mayit dilahirkan ke dunia[22]
5.      Setelah mayit selesai dikubur sunnah untuk meletakkan pelepah kurma yang masih segar atau bunga yang semerbak baunya, begitu juga sunnah meletakkan tanda (maisan/patok)[23]
6.      Mayit yang sudah balig sunnah ditalqin[24]
7.      Haram satu liang kubur untuk dua mayit yang berlainan jenis kecuali suami istri, atau tunggal mukhrim maka hokum makruh. Hukum di atas selama tidak dorurot seperti banyaknya orang meninggal/tanah kuburan sempit. Orang yang meninggal ditengah lautan dan sulit untuk dibawa kedarat maka boleh di kubur dengan menenggelamkan[25]
8.      Haram membangun makam dengan cara permanen kecuali tanahnya milik sendiri. sebagian ulama’ berpendapat maqom nabi, mati syahid dan orang shaleh boleh dibangun, supaya diziyarohi dan diambil barokahnya[26]
9.      makruh menginjak atau duduk diatas makam orang muslim kecuali ada dlorurot.

Shalat Penentram Mayit Dalam Kubur

diambial dari keterangan sebuah hadits yang terdapat pada kitab
 Nihayatuzzain hal, 107 yang intinya sebagai berikut:
       bahwa tidak  perkara yang lebih berat bagi mayit dari pada malam
 pertama kali dimasukkan kubur. oleh karena itu, untuk membantu kesusahan mayit disunnahkan bagi kerabatnya untuk bersodaqoh, yang mana pahalanya ditujukan pada mayit. bila tidak bisa maka disunnahkan sholat dua rokaat masing-masing rokaat membaca fatikhah kemudian ayat kursi 1x dan surat al-ikhlas 10x dan setelah
 salam berdoa sebagai berikut:
اللهم انى صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد اللهم ابعث ثوابها الى قبر...... بن/ بنت ....
       faidahnya adalah Alloh akan menyuruh 1000 malaikat kekuburan mayit, setiap malaikat satu membawa nur/cahaya dan hadiah untuk member ketentraman pada mayit sampai hari ditiupnya trompet (kiamat).
niat shalatnya:              اصلى سنة لانس الميت ركعتين لله تعالى

Dasar Hukum Ziyarah Kubur

            Seperti yang sudah kita maklumi, bahwa banyak sekali aliran-aliran yang menyatakan bahwa ziyarah kubur para waliyullah adalah bid’ah bahkan ada yang menyatakan suatu kesyirikan dengan dasar bahwa Rasulullah melarang ziyarah kubur. Dalam sejarah  kondisi  masyarakat pra Islam pada waktu itu sangat mempri- hatinkan baik etika dan keyakinannya sehingga tidak mengherankan apabila Rasul melarang umat Islam berziyarah kubur. Setelah kwalitas keimanan kaum muslimin sangat kuat, maka larangan itu di hapus dan kegiatan ziyarah kubur di perbolehkan. Hal ini di jelaskan oleh sabda Rasulullah SAW.
عن ابن بريدة عن ابيه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم نهيتكم عن زيارة
 القبور فزوروها
    “Diriwayatkan dari Ibnu buraidah, dari ayahnya, beliau berkata bahwa Rasulullah bersabda “Aku telah mencegah kalian dari
 ziyarah kubur, kemudian ziyarahilah kuburan”  ( HR Muslim )

       Dari hadist ini dapat di simpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk melaksanakan ziyarah kubur yang sebelumya telah dilarang oleh beliau. Dalam hal ini Rasul memberi tauladan dengan melakukan ziyarah kemakam para syuhada’yang kemudian diikuti oleh sayyidina abu bakar, Uamar, Ustman RA. Selain itu didalam ziyarah kubur banyak sekali hikmah yang terkandung didalamnya di antaranya menambah keimanan, mengingat akhirat, sebagaimana hadist nabi:  
عن ابن مسعود ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها فانها تزهد فى الدنيا وتذكر الاخرة
        “Dari ibnu mas’ud, sungguh rasulullah SAW,bersabda: Aku telah mencegah kalian dari ziyarah kubur, kemudian ziyarahilah, karena dapat membuat zuhud didunia dan mengingat akhirat. ( HR. Ibnu Majjah )

Sementara dalam riwayat lain disebutkan:
عن انس ابن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم انى كنت نهيتكم عن زيارة القبور فمن شاء ان يزور قبرا فليزره فانه يرق القلب ويدمع العين ويذكر الاخرة
    “Dari Anas bin Malik ia berkata. “ Rasulullah bersabda: Sungguh aku telah mencegah kalian dari ziyarah kubur, kemudian siapa saja yang menginginkan menziyarahi suatu kuburan, ziyarahilah, karena sungguh ziyarah akan melembutkan jiwa
, meneteskan air mata dan mengingat  akhirat”. ( HR. Hakim )

       Dengan hadist di atas wajar apabila syaikh Zainuddin dan ulama-ulama mazhab syafi’iyah merumuskan kesunahan berzi- yarah kubur.
 Dengan ziyarah kubur kita dapat membeningkan jiwa, menyikapi urusan dunia dengan bijak dan mengingat akhirat karena mau tidak mau kita pun akan menyusul mereka yang telah mendahului kita, tinggal waktu kapan ajal kita masing-masing tiba. Allah berfirman :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (٣٤
     “Tiap-tiap umat mempunyai ajal,maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat ( pula ) memajukannya     ( QS.Al-A’raf :34 )

Bertawasul Kepada Para Auliya’

       Bertawasul saat berziyarah bisa diartikan menjadikan Nabi,Wali,dan orang-orang shaleh yang kita ziyarahi sebagai perantara untuk berdoa kepada Allah SWT.Tujuan berdoa pasti hanya kepada Allah,mengapa kita bertawasul, tidak berdoa langsung kepada Allah SWT ?, walaupun hakikatnya mereka tidak mampu menyelamatkan kita dari mara bahaya namun karena keshalihinannya yang kita jadikan wasilah berdoa kepada Allah SWT.  Dalam hal ini Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
     “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah SWT dan carilah perantara mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihatlah pada jalan-Nya supaya kalian berbahagia ( QS.Al-Maidah : 35 )
       Dari ayat di atas jelaslah bahwa kita diperintah oleh Allah untuk bertawasul kepada orang-orang yang shaleh untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

Apakah para wali dapat mendoakan ?
       Sering kita dengar di kalangan orang-orang selain nahdiyin (NU) mengklaim bahwa ziyarah kubur para wali tidak ada
manfaatnya karna orang yang sudah mati-
 tidak bisa mendoakan orang yang masih hidup, dalam hal ini Allah SWT menegaskan: 
  وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah SWT itu mati bahkan mereka itu hidup di sisi tuhannya dengan mendapat rizki”(QS.Ali Imran:169)

Dengan tegas ayat ini menjelaskan bahwa para Syuhada’tetap hidup setelah kematiannya seraya mendapatkan rizki dari Allah SWT,berkat ketulusan dalam berjuang menegak-kan Agama Islam. Dengan ayat di atas juga dapat kita simpulkan kematian bukanlah penghalang kemampuan mereka untuk mendoakan orang-orang yang masih hidup di dunia. Dalam hadistpun Rasulullah menegaskan :
حدثنا عبد الرزاق حدثنا سفيان عمن سمع أنس بن مالك يقول قال النبي صلى الله عليه وسلم ان اعمالكم تعرض على اقاربكم وعشائركم من الاموات فان كان خيرا استبشروا به وان كان غير ذلك قالوا اللهم لاتمتهم حتى تهديهم كما هديتنا 
 Abdurrazak bercerita padaku,sufyan bercerita padaku dari perowi yang mendengar ucapan anas bin malik Nabi SAW bersabda sungguh amal-amalmu akan disampaikan kepada kerabat dan rekan-rekan yang telah mati, jika baik mereka akan bahagia dan jika tidak mereka akan berdoa:”ya Allah ! jangan engkau cabut nyawa mereka sehingga engkau beri hidayah, sebagai mana engkau beri hidayah kami”   ( HR.Ahmad ) 

Hadist lain Rasulullah menjelaskan:
حدثنى ابى ناوكيع نا سفيان عمن سمع أنس بن مالك فيقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان اعمال الاحياء لتعرض على الاموات من اهالهم وعشائركم فاذا راوا خيرا حمدوا الله واستبشروا واذا راوا غير ذلك قالوا اللهم لاتمتهم حتى تهديهم
 ayahanda bercerita padaku,waki’ bercerita padaku sufyan bercerita padaku dari perowi yang mendengar Anas bin malik kemudian I berkata “Rasulullah bersabda sungguh amal-amal orang yang masih hidup akan disampaikan pada orang-orang yang telah meninggal dunia dari keluarga dan orang-orang sekomunitasnya. Jika mereka melihat kebaikan maka mereka memuji Allah SWT dan bahagia. Jika tidak, mereka berdo’a ya allah ! jangan engkau cabut nyawa mereka sehingga engkau beri petunjuk(HR.Abdullah bin Ahmad )

Dengan ayat dan hadist di atas jelaslah bahwa orang-orang yang membela agama allah dan orang-orang yang shaleh yang telah meninggal tetap masih bisa mendoakan orang-orang yang masih hidup.

والله اعلم بالصواب


[1] Imam nawawi roudloh al-Tholibin. Hal 342
[2] Imam nawawi roudloh al-Tholibin. Hal 343
[3] Imam nawawi roudloh al-Tholibin. Hal 611
[4] Imam nawawi roudloh al-Tholibin. Hal 609
[5] Jalaluddin Al-Mahalli, Juz 1 hal. 321
[6] Kasyifatussaja’ hal 100
[7] Syihabuddin Al-Qulyubi
[8] Jalaluddin Al-Mahalli juz 1 hal 322
[9] Syeh sulaiman Al-Jamal, juz 2 hal 191
   Syeh Al-Bakir I’anatuttolibin juz 2 hal 123
[10] Syeh Al-Bakir I’anatuttolibin juz 2 hal 109
[11] Syeh sulaiman Al-Jamal juz II hal 146
[12] Imam Nawawi Raudloh al-Tholibin juz I hal 617
[13] Imam Nawawi Raudloh al-Tholibin juz I hal 619
[14] Imam Nawawi sullam al- taufiq hal 37
[15] Inaroh al-dujja’ hal 154
[16] Syekh ahmad an-Nafahat hal.144
[17] Inaroh al-dujja’ hal 154
[18] Imam Nawawi Roudloh al-tolibin hal.625
[19] Syekh sulaiman Al-Jamal juz II hal 179
[20] Syekh sulaiman Al-Jamal juz II hal 179

[21] Syekh al-Bakir I’anah al-Thalibin juz II hal 119
[22] Syekh al-Bakir I’anah al-Thalibin juz II hal 230
[23] Syekh al-Bakir I’anah al-Thalibin juz II hal 119
[24] Syekh al-Bakir I’anah al-Thalibin juz II hal 140
[25] Syekh al-Bakir I’anah al-Thalibin juz II hal 116
[26] Syekh al-Bakir I’anah al-Thalibin juz II hal 120

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

resapi dan pahami isinya. Copyright 2012 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Free Blogger Templates Converted into Blogger Template by Bloganol dot com